Acara Peletakan Batu Pertama Selesai, Pembangunan Masjid Al – Ikhlas MAN Rejang Lebong Dimulai

Rejang Lebong (Humas) – Pada Rabu (17/05), MAN Rejang Lebong mengadakan acara peletakan batu pertama untuk pembangunan masjid Al – Ikhlas. Acara yang diagendakan berlangsung setelah sholat Ashar tersebut akan dipimpin langsung oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bengkulu, Bapak Dr. H. Muhammad Abdu, S.Pd.I., M.M.

Setibanya dilokasi, Kepala Kanwi beserta rombongan disambut dengan tari persembahan dari siswa – siswi sanggar tari MAN Rejang Lebong. Acara turut dihadiri Kepala Kemenag Kabupaten Rejang Lebong beserta jajarannya, Kepala KUA se-Kabupaten Rejang Lebong, Kepala Madrasah se-Kabupaten Rejang Lebong, Lurah Kelurahan Talang Rimbo Baru, Komite Madrasah, Tokoh masyarakat, Perwakilan alumni PGA / MAN RL, serta jajaran pegawai dan pengurus OSIM MAN RL.

Dalam sambutannya, Kepala Kanwil, Bapak Dr. H. Muhammad Abdu, S.Pd.I., M.M., menyampaikan rasa syukurnya dapat berkunjung serta menjadi orang pertama yang akan meletakkan batu pertama pembangunan masjid. Tak lupa dirinya mengucapkan terima kasih kepada para hadirin yang menyempatkan hadir dalam acara tersebut. Beliau berharap semuanya mendoakan dan memberikan dukungan sehingga proses pembangunan dapat berjalan dengan lancar hingga selesai.

“Dengan mengucapkan Bismillahirohmannirrohim, pembangunan masjid Al – Ikhlas MAN Rejang Lebong resmi dimulai” tuturnya.

Pada momen peletakan batu, Kepala Kanwil menjadi pembuka alias orang pertama yang meletakan batu, diikuti Kepala Kemenag Kabupaten Rejang Lebong, Bapak H. Lukman, S.Ag., M.H., Kepala MAN Rejang Lebong, H. Yusrijal, M.Pd., dan dilanjutkan dengan para tokoh penting lainnya.

Sebagai simbol peresmian, semua tokoh yang melakukan peletakan batu pertama menandatangani sebuah prasasti sebagai bukti bahwa pembangunan Masjid Al – Ikhlas MAN Rejang Lebong didukung dan melibatkan banyak pihak.

Ketua Pembangunan, Drs. Firdaus Chaniago, M.Pd., menceritakan bahwa Masjid Al – Ikhlas MAN Rejang Lebong sudah berdiri sejak tahun 1978, dan sempat direnovasi pada 1985 silam.

“Kondisi bangunan termakan usia. Disisi kapasitas, luas masjid berkisar 100 meter persegi tidak cukup menampung siswa dan seluruh warga madrasah yang mencapai hampir 1000 orang. Sehingga pelaksanaan ibadah sholat terpaksa kami bagi menjadi 3 kloter, dan itu memakan waktu KBM”, tutur Firdaus.

Firdaus menambahkan bahwa proses pembangunan akan dilakukan secara bertahap dan tidak sekaligus atas pertimbangan ketersediaan anggaran. Adapun dana pembangunan masjid sepenuhnya bersumber dari swadaya masyarakat, infaq orang tua, wali, dan siswa, serta dari berbagai pihak yang secara sukarela memberikan donasi. Untuk itu telah dibentuk kepanitiaan yang siap menampung bantuan atau donasi dari para donatur hingga proses pembangunan selesai.